25 Jan 2013

2 Tempat Wisata Di Kamboja yang Paling Seram


HELLOOO!! Its spooky time guys....Well,bosen kan ama yg mepet nyerepet standar biasa aja memuakkan? Well saya copas postingan ini dr salah satu blog terkemuka (Click Here) ,So? Enjoy it! And make sure to hug ur teddy bear tightly whrn read this,turn off the lamp to having more ENCHANTED SPOOKY NIGHT!! AAARRRRGGGGHHH {} <3


Halo readers, sudah lama nggak posting dan postingan kali ini saya mau melanjutkan cerita perjalanan saya sewaktu di Kamboja. Dan kali ini postingannya agak-agak ngeri sedikit, karena tempat wisata yang saya datangi adalah bekas pembantaian masal. Nggak habis pikir kenapa tempat-tempat bekas pembunuhan tersebut bisa jadi obyek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan asing. Itulah hebatnya, mereka bisa menjual dan mengemas sesuatu menjadi sesuatu banget.
Dan memang sudah menjadi ritual wajib kalau ke Phnom Penh di Kamboja harus mengunjungi 2 tempat mengerikan tersebut, rugi dong sudah jauh-jauh nggak kesana. Tempat tersebut adalah The Killing Fields of Choeung Ek (baca: Congek), dari namanya saja sudah ngeri, Killing Field atau Ladang Pembunuhan. Tempat yang kedua adalah Tuol Sleng Museum, bekas sekolah yang dijadikan penjara dan tempat penyiksaan.
Untuk menuju kedua tempat tersebut kita naik tuk-tuk dengan harga nawar setengah mati setengah ngeyel, susah banget nawar di sana tapi lumayan dapat 7 dolar dari harga awal 10 dolar. Letak Killing Fields of Choeung Ek sekitar 15 km dari pusat kota tapi untuk museumnya masih di pusat kota. Supir tuk-tuk memperingatkan kita untuk jaga barang-barang berharga karena Phnom Penh terkenal sekali dengan jambret. Satu lagi tips kalau keliling Phnom Penh dengan tuk-tuk siapkan kacamata dan masker atau penutup muka apapun deh, kalau panas sih oke-oke saja, tapi debunya minta ampun, jalanan bisa-bisa nggak kelihatan karena debu berterbangan dari segala arah. Nggak habis pikir kok masih ada yang jualan makanan di jalan tanpa penutup sama sekali.
Sampai di Killing Fields disambut ramah di loket tiket dan untuk orang asing lagi-lagi tiket pasti mahal, 5 dollar untuk sekali masuk tapi sudah lengkap dengan audio tour yang berupa semacam walkman yang berisi penjelasan-penjelasan mengenai tempat-tempat yang telah dinomeri.
Photobucket
Masuk ke lokasi saya yang biasanya banci foto begitu sampai tempat wisata tapi di tempat ini benar-benar nggak berani foto-foto loncat, foto hanya sekedarnya. Semua pengunjung juga khusyuk dan khidmat mendengarkan suara penjelasan dari walkman kecil tersebut. Dan dari sekian pengunjung terlihat hanya kita saja yang kayak orang lokal, bule semua gitu.
Photobucket
Apa sih Killing Field of Choeung Ek? Ke masa lalu sejenak yuk dan belajar sedikit sejarah kelam Kamboja. Pada tahun 1975-1978 kira-kira sebanyak 17.000 (tujuh belas ribu) orang disiksa dan dibantai, nggak memandang usia dan gender, yang masih balita saja dilempar dan dihantamkan ke pohon besar hingga tewas. Bayangkan, negeri yang tentram dan damai tiba-tiba berubah menjadi neraka. Bagaimana tidak, penduduk yang nggak berdosa tiba-tiba ditangkap, disiksa dan dibunuh.
Photobucket
Photobucket
Killing Tree tempat membunuh bayi dan anak-anak dengan cara dihantamkan
Adalah Pol Pot atau nama aslinya Saloth Sar yang bertanggung jawab atas semua peristiwa tersebut, pemimpin Partai Komunis pada jaman itu ingin membentuk rezim baru dengan memusnahkan bangsa (genocide), tradisi, budaya, dan agama. Kalau Nazi dan Yahudi bisa dimengerti karena dua bangsa berbeda ingin memusnahkan bangsa satunya, tapi Pol Pot adalah bangsa Khmer dan ingin memusnahkan bangsanya sendiri, bisa dibayangkan betapa ngerinya membunuh keluarga dan saudara sendiri.
Choeung Ek sebenarnya adalah kuburan Cina yang disulap menjadi ladang pembantaian, korban yang dipenjara dan disiksa di Tuol Sleng kemudian dibawa ke Choeung Ek dan dibantai. Bekas kuburan hampir nggak bersisa, hanya ada satu nisan dengan karakter Cina yang hampir hancur yang menandakan kalau tempat tersebut dulunya adalah kuburan Cina.
Saat ini Choeung Ek sudah dibeli oleh orang Jepang, makanya bisa dikemas sedemikian rupa untuk wisata dan menghasilkan uang, sementara orang-orang Kamboja (Khmer) sendiri merasa terganggu karena tragedi menyeramkan tersebut dieksploitasi dan dijual ke publik. Karena memang tempatnya sih biasa saja, hanya beberapa tempat yang ditandai nomor serta ada papan penjelasan ditambah dengan audio tour serta beberapa tulang belulang yang dipamerkan, jadilah tempat komersil yang tiket masuknya termasuk mahal. Selebihnya bagi saya hanya kebun biasa dengan angin sepoi-sepoi yang bisa bikin ngantuk. Bulu kuduk baru bisa berdiri ketika kita mendengarkan audio tour tersebut.
Ada dua bangunan utama, yang satu adalah museum yang berisi foto-foto dan galeri alat-alat untuk membunuh yang berupa arit, palu, cangkul, dan benda tajam lainnya. Karena kalau memakai senjata api akan mahal. Di museum kita bisa melihat video tentang tragedi tersebut.
Satu lagi bangunan paling penting di Choeung Ek adalah Stupa atau Pagoda sekaligus monument untuk menghormati korban. Dalam stupa yang menjulang tinggi tersebut dipajang tengkorak sebanyak total 8000 buah yang tertata rapi berdasarkan jenis kelamin dan umur.
Photobucket
Photobucket
Stupa atau Pagoda tempat menyimpan 8000 Tengkorak
Selesai menikmati kengerian masa lalu di Choeung Ek kita melanjutkan perjalanan ke Tuol Sleng Museum yang masih berhubungan dengan Choeung Ek. Justru di Tuol Sleng inilah saya lebih bergidik dan merinding. Kalau di Choeung Ek hanya ladang lapang biasa tapi kalau Tuol Sleng adalah bangunan penjara tempat menyiksa para tahanan sebelum dibawa dan dibunuh di Choeung Ek. Karena berbentuk bangunan tersebut kesan seramnya pas sekali.

Photobucket
Beberapa pengunjung yang lagi-lagi bule hanya melihat bagian bawah bangunan saja, saya yang nekat ingin ke lantai atas pun dibuat merinding karena sangat-sangat sepi hampir tidak ada pengunjung yang berani naik. Bilik kamarnya sih bersih, hanya ada ranjang besi berkarat, bekas darah yang nggak bisa hilang, serta lukisan penyiksaan. Sumpah merinding minta ampun. Kita coba bercanda-canda dengan mengagetkan satu sama lain untuk mencairkan suasana pun rasanya nggak berani berlebihan dan langsung kabur ke bawah ke tempat yang lebih banyak orang.
Photobucket
Setiap ruangan selalu membuat bulu kuduk berdiri
Tuol Sleng sebenarnya adalah sekolah yang diubah menjadi penjara masal yang disebut Security Prison 21 atau lebih dikenal S-21. Sekarang diubah menjadi museum dengan tiket masuk yang lagi-lagi buat turis asing mahal, 3 dollar. Seperti Camp Auswitch di Polandia yang digunakan Nazi untuk membantai Bangsa Yahudi. Tempat ini nggak kalah mencekam dan mengerikan.
Photobucket
Tiang Gantungan
Dan seperti Nazi juga yang mendokumentasikan setiap korbannya sebelum dibunuh, Pol Pot pun memfoto satu persatu korbannya. Jadi di beberapa bilik dipajang foto-foto korban yang masih sangat muda, polos, dan tidak berdosa dibunuh begitu saja.
Photobucket
Foto-foto Korban
Photobucket
Ibu dan bayinya tidak luput dari kekejaman Pol Pot
Sebenarnya masih banyak foto-foto yang lebih menyeramkan, tapi sengaja nggak saya upload, orang upload yang ini saja rasanya terbayang-bayang.
Lagi-lagi tragedi yang dikomersilkan, waktu menuju keluar ada kakek tua dengan buku-buku karangannya, beliau adalah saksi hidup dari kekejaman Pol Pot. Mau foto? Harus beli bukunya dulu. Rasa simpati berubah menjadi cibiran, tapi mungkin beliau berbuat seperti itu untuk cari makan karena sudah nggak ada keluarga yang mensupportnya atau memang dia nggak punya keturunan. Yah siapa tahu.
Pulang dari dua tempat tersebut pasti banyak yang mikir macam-macam. Kenapa begitu kenapa begini? Kok bisa ya? Tega-teganya sih. Hanya Pol Pot yang tahu dan yang jelas bagi saya ada 3 rumus supaya dunia ini damai, yaitu: dignity + respect = world peace
Respect each other and happy traveling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar